Kebetulan sewaktu blogwalking, saya menemukan buku ini, buku yang lama tengah saya cari.. Thanx GOD I found it. Langsung saja jika temen-temen berkenan membaca resensinya,
Readmore - Imaji Ijen - Resensi Buku Doa Ibu
saya kopas langsung dari tempat asalnya dengan meminta izin terlebih dulu pastinya, walau ketika tulisan ini turun, sang empunya belum memberikan izinnya, tapi semoga berkenan buat penulis asalnya, terimakasih yang sebesar-besarnya tuk beliau.
Sebagai pelukis, Ijen memiliki imajinasi yang sangat kuat. Ia memiliki kemampuan luar biasa menginterpretasikan sesuatu dalam tuangan dan goresan kuasnya. Itu yang membuat alur kehidupannya di dunia lukis menemukan puncaknya. Kariernya melejit hebat. Tak hanya dalam dunia lukis, namun juga dunia art pada umumnya, termasuk membidangi hal yang berbau artistik seperti event organizer pada tata panggung.
Namun belakangan Ijen mengalami berbagai keanehan. Dalam sebuah pesta pernikahan temannya yang dihelat dengan bantuan Ijen, Dewanti sang pengantin wanita menghilang begitu saja. Lenyap tanpa bekas. Listrik yang tiba-tiba padam telah menjadikan semua warna berubah hitam. Dan ketika pendaran cahaya kembali ada, Dewanti sudah tak ada lagi. Lenyap tanpa sisa.
Ijen berusaha keras mencari sahabatnya itu. Dalam upayanya mencari Dewanti, Ijen memasuki perjalanan yang sangat misterius. Sebuah perjalanan yang membawanya ke arah ketidakpastian yang sangat akut. Perjalanan yang kemudian mengubah takdirnya menjadi serba nisbi dan diliputi keanehan. Setiap ia bertemu dengan sahabat atau kenalannya, setiap itu pula sahabatnya tersebut hilang tanpa bekas. Tidak ada yang dapat terlacak sama sekali. Mereka hilang seperti hembusan angin. Tak ada mayat, bercak darah, pesan atau apapun.
Sementara itu, pada sisi kehidupan yang lain, Madrim berduka. Suaminya Bintang Joyokusumo meninggal akibat serangan jantung.
Dalam keadaan duka, ia menerima kunjungan dari banyak temannya. Iapun bertemu dengan istri simpanan suaminya. Ia juga menemukan banyak hal ganjil dalam kehidupannya. Kematian suaminya perlahan membuka tabir dan rahasia gelap yang menaungi Madrim. Banyak hal-hal yang tak diketahui orang akhirnya mulai terkuak, termasuk tentang cinta terlarang yang pernah dialaminya, tentang kehamilan, pengguguran kandungan dan kisah gelap lainnya. Madrim juga bertemu dengan Ijen, seseorang yang tak dikenalnya, namun akhirnya menuntunnya pada takdir yang mengejutkan.
Ijen ternyata anak kandung Madrim. Dan hanya Madrim yang bisa menyaksikan Ijen, tidak ada orang lain, termasuk suami barunya, si Bisu. Ijen memberikan banyak sekali pengakuan kepada Madrim, yang membuatnya terbelalak dan terkejut. Dalam konteks ini, penulis novel Doa Ibu ini, Sekar Ayu Asmara tak hanya membuat tokoh-tokohnya terkejut. Ia juga membuat pembaca terkejut dengan alur cerita yang tiba-tiba berbelok. Ijen sejatinya adalah tokoh fiktif. Ia tidak pernah ada. Begitu juga teman-temannya mulai dari Dewanti hingga yang lainnya. Ijen adalah korban pengguguran kandungan Madrim, yang tiba-tiba ‘’hidup’’ dan menjadi dewasa. Sudah lama Madrim melantunkan doa-doa dan penyesalan atas apa yang dilakukan terhadap Ijen. Dan kini ia menemukan realitas yang tak biasa: Ijen.
Oleh : Muhammad Amin
amin_ripos@yahoo.com
Ini menjadi satu-satunya postingan saya yang berbahasa Indonesia, ya dikarenakan mendesaknya waktu yang ada sewaktu saya posting resensi buku ini. Semoga tetap berkenan :)
Sebagai pelukis, Ijen memiliki imajinasi yang sangat kuat. Ia memiliki kemampuan luar biasa menginterpretasikan sesuatu dalam tuangan dan goresan kuasnya. Itu yang membuat alur kehidupannya di dunia lukis menemukan puncaknya. Kariernya melejit hebat. Tak hanya dalam dunia lukis, namun juga dunia art pada umumnya, termasuk membidangi hal yang berbau artistik seperti event organizer pada tata panggung.
Namun belakangan Ijen mengalami berbagai keanehan. Dalam sebuah pesta pernikahan temannya yang dihelat dengan bantuan Ijen, Dewanti sang pengantin wanita menghilang begitu saja. Lenyap tanpa bekas. Listrik yang tiba-tiba padam telah menjadikan semua warna berubah hitam. Dan ketika pendaran cahaya kembali ada, Dewanti sudah tak ada lagi. Lenyap tanpa sisa.
Ijen berusaha keras mencari sahabatnya itu. Dalam upayanya mencari Dewanti, Ijen memasuki perjalanan yang sangat misterius. Sebuah perjalanan yang membawanya ke arah ketidakpastian yang sangat akut. Perjalanan yang kemudian mengubah takdirnya menjadi serba nisbi dan diliputi keanehan. Setiap ia bertemu dengan sahabat atau kenalannya, setiap itu pula sahabatnya tersebut hilang tanpa bekas. Tidak ada yang dapat terlacak sama sekali. Mereka hilang seperti hembusan angin. Tak ada mayat, bercak darah, pesan atau apapun.
Sementara itu, pada sisi kehidupan yang lain, Madrim berduka. Suaminya Bintang Joyokusumo meninggal akibat serangan jantung.
Dalam keadaan duka, ia menerima kunjungan dari banyak temannya. Iapun bertemu dengan istri simpanan suaminya. Ia juga menemukan banyak hal ganjil dalam kehidupannya. Kematian suaminya perlahan membuka tabir dan rahasia gelap yang menaungi Madrim. Banyak hal-hal yang tak diketahui orang akhirnya mulai terkuak, termasuk tentang cinta terlarang yang pernah dialaminya, tentang kehamilan, pengguguran kandungan dan kisah gelap lainnya. Madrim juga bertemu dengan Ijen, seseorang yang tak dikenalnya, namun akhirnya menuntunnya pada takdir yang mengejutkan.
Ijen ternyata anak kandung Madrim. Dan hanya Madrim yang bisa menyaksikan Ijen, tidak ada orang lain, termasuk suami barunya, si Bisu. Ijen memberikan banyak sekali pengakuan kepada Madrim, yang membuatnya terbelalak dan terkejut. Dalam konteks ini, penulis novel Doa Ibu ini, Sekar Ayu Asmara tak hanya membuat tokoh-tokohnya terkejut. Ia juga membuat pembaca terkejut dengan alur cerita yang tiba-tiba berbelok. Ijen sejatinya adalah tokoh fiktif. Ia tidak pernah ada. Begitu juga teman-temannya mulai dari Dewanti hingga yang lainnya. Ijen adalah korban pengguguran kandungan Madrim, yang tiba-tiba ‘’hidup’’ dan menjadi dewasa. Sudah lama Madrim melantunkan doa-doa dan penyesalan atas apa yang dilakukan terhadap Ijen. Dan kini ia menemukan realitas yang tak biasa: Ijen.
Novel Doa Ibu ini memang penuh kejutan. Awalnya tidak ada tanda-tanda bahwa novel ini berkisah tentang misteri kehidupan dan sekaligus kematian seperti yang ditulis mulai pertengahan novel. Alur ceritanya normal dan sangat biasa. Namun makin lama, misteri itu makin terasa dan dikejutkan dengan gelombang pengakuan dari tokoh-tokohnya.
Sebuah imaji Ijen dan imaji tentang Ijen telah dihidupkan oleh pengarangnya. Sesuatu yang ganjil kemudian muncul perlahan-lahan. Novel ini seperti hendak memberikan sesuatu pelajaran penting kepada pembacanya tentang hidup dan mati, janin, cinta terlarang, yang dipaparkan dengan sosok Ijen. Sebuah imaji yang rumit tentunya.
***
Oleh : Muhammad Amin
amin_ripos@yahoo.com
Ini menjadi satu-satunya postingan saya yang berbahasa Indonesia, ya dikarenakan mendesaknya waktu yang ada sewaktu saya posting resensi buku ini. Semoga tetap berkenan :)